Pembuka
Kehidupan bermasyarakat tidak lepas dari adanya perbedaan dan hierarki. Perbedaan-perbedaan ini menciptakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki status dan peran yang berbeda dalam masyarakat. Konsep yang menjelaskan tentang perbedaan dan hierarki sosial ini dikenal sebagai stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial merupakan sistem pelapisan sosial yang membagi masyarakat ke dalam tingkatan-tingkatan atau strata yang berbeda. Pembagian ini didasarkan pada berbagai faktor, seperti kekayaan, kekuasaan, pendidikan, pekerjaan, dan prestise. Kelompok-kelompok sosial yang berbeda memiliki akses yang berbeda terhadap sumber daya, kesempatan hidup, dan pengaruh dalam masyarakat.
Pendahuluan
Konsep stratifikasi sosial telah dipelajari oleh para ahli sosiologi sejak abad ke-19. Salah satu tokoh penting dalam teori stratifikasi sosial adalah Max Weber. Weber mengidentifikasi tiga dimensi utama yang menentukan stratifikasi sosial, yaitu:
- Kekayaan (kelas ekonomi)
- Kekuasaan (kelas politik)
- Prestise (kelas sosial)
Kekayaan atau Kelas Ekonomi
Kelas ekonomi mengacu pada tingkat pendapatan, kekayaan, dan sumber daya material yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok sosial. Pembagian kelas ekonomi umumnya didasarkan pada distribusi pendapatan, kepemilikan aset, dan akses terhadap sumber daya ekonomi.
Kekuasaan atau Kelas Politik
Kelas politik mengacu pada tingkat pengaruh dan kendali yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok sosial terhadap pengambilan keputusan politik. Pembagian kelas politik didasarkan pada akses terhadap kekuasaan politik, posisi dalam pemerintahan, dan kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan publik.
Prestise atau Kelas Sosial
Kelas sosial mengacu pada tingkat penghargaan, status, dan gengsi yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang atau kelompok sosial. Pembagian kelas sosial didasarkan pada faktor-faktor seperti pendidikan, pekerjaan, gaya hidup, dan reputasi. Kelas sosial seringkali dikaitkan dengan rasa hormat, keistimewaan, dan status simbolis.